treble winners manchester united |
Sir Alex Ferguson membawa trofi Premier League (Manchester United) |
Daftar trophy milik MU
Domestic
League
* Premier League:[73] 10
o 1992–93, 1993–94, 1995–96, 1996–97, 1998–99, 1999–2000, 2000–01, 2002–03, 2006–07, 2007–08
* First Division:[74] 7
o 1907–08, 1910–11, 1951–52, 1955–56, 1956–57, 1964–65, 1966–67
* Second Division:[75] 2
o 1935–36, 1974–75
Cups
* FA Cup: 11
o 1909, 1948, 1963, 1977, 1983, 1985, 1990, 1994, 1996, 1999, 2004
* League Cup: 2
o 1992, 2006
* FA Charity/Community Shield: 17 (13 outright, 4 shared)
o 1908, 1911, 1952, 1956, 1957, 1965*, 1967*, 1977*, 1983, 1990*, 1993, 1994, 1996, 1997, 2003, 2007, 2008 (* joint holders)
European
* European Cup/UEFA Champions League: 3
o 1968, 1999, 2008
* UEFA Cup Winners' Cup: 1
o 1991
* UEFA Super Cup: 1
o 1991
Worldwide
* Intercontinental Cup: 1
o 1999
* FIFA Club World Cup: 1
o 2008
Doubles and Trebles
* The Double (League and FA Cup): 3
o 1994, 1996, 1999 (as part of The Treble)
* The European Double (League and European Cup): 2
o 1999 (as part of The Treble), 2008
* The Treble (League, FA Cup and European Cup): 1
o 1999
Perjalanan Prestasi Manchester United menuju juara
Pada Liga Inggris musim
1986-1987, prestasi Manchester United memburuk. Di pertengahan musim, MU
berada di posisi degradasi, posisi 21. Manajemen klub pun berpikir
cepat: memecat pelatih Ron Atkinson dan menggantinya dengan Alex
Ferguson pada November 1986. Fergie didatangkan dari klub Skotlandia,
Aberdeen.
Apa prestasi Fergie di Aberdeen
sehingga MU meminangnya? Selama 8 tahun bersama Aberdeen, Fergie yang
bergabung pertama kali pada Desember 1978 di usia yang masih sangat
muda, 33 tahun, membawa Aberdeen juara Liga Skotlandia tiga kali:
1979-1980, 1983-1984, dan 1984-1985; juara Piala Skotlandia empat kali:
1981-1982, 1982-1983, 1983-1984, dan 1985-1986, dan yang paling
fonomenal, membawa Aberdeen menjuarai Piala Winners 1983 dengan
mengalahkan Real Madrid di final 2-1 dan kemudian meraih Piala Super
Eropa di tahun yang sama.
Fergie membawa Aberdeen menjadi
klub sukses Skotlandia ke-3 setelah Glasgow Celtics dan Glasgow Rangers.
Prestasi gemilang bersama Aberdeen tersebut jugalah yang membawa Fergie
menjadi pelatih tim nasional Skotlandia pada piala dunia 1986 di
Mexico.
Awal bergabung, Fergie punya
masalah dengan kebiasaan buruk beberapa pemain MU. Norman Whiteside,
Paul McGrath, dan Bryan Robson sering mabuk-mabukan yang membuat stamina
mereka kedodoran. Fergie pun segera mengubah kebiasaan buruk tersebut
dengan lebih mendisiplinkan pemain. Hasilnya, MU berhasil merangkak naik
dan mengakhiri musim 1986-1987 di urutan ke-11.
Musim selanjutnya, 1987-1988,
Fergie mendatangkan pemain-pemain baru: Steve Bruce, Brian McClair, Viv
Anderson, dan Jim Leighton. Hasilnya, MU menjadi tim papan atas meskipun
di akhir musim gagal menjuarai Liga setelah hanya berada di posisi
ke-2, di bawah sang juara, Liverpool yang diperkuat Ian Rush dan John
Barnes.
Musim 1988-1989, Fergie kembali mendatangkan pemain
baru: Mark Hughes. Namun, gelar liga ‘tak jua diraih. Malahan, MU
kembali terperosok ke posisi 11 di akhir musim. Begitu pula pada musim
1989-1990, pemain-pemain baru kembali berdatangan: Paul Ince, Gary
Palister, Mike Phelan, dan Neill Webb, namun tetap ‘tak mampu membawa MU
menjuarai liga, malahan pretasi MU justru tambah buruk; berada di
jurang degradasi.
Prestasi buruk ‘tak membuat
manajemen MU resah. Mereka tetap memercayai Fergie karena perubahan yang
telah banyak dilakukannya, terkhusus pada disiplin pemain dan pembinaan
pemain muda. Kepercayaan yang dibayar Fergie dengan menghadirkan
prestasi pertama, yaitu Piala FA. Di final, MU mengalahkan Crystal
Palace 1-0 yang saat itu diperkuat striker muda berbahaya, Ian Wright.
Trofi Piala FA itulah yang kemudian menyelamatkan karier Fergie di MU.
Trofi yang juga membuat MU mendapatkan tiket otomatis untuk berlaga di
Piala Winners Eropa.
Pada 1990-1991, MU mengawali
musim dengan meraih Piala Community Shield. Di jajaran pemain, Fergie
kedatangan amunisi baru: kiper Peter Schmeichel dan sayap kanan Andrei
Kanchelskis. Di musim ini, pemain sayap kiri Ryan Gigs juga memulai
debutnya, setelah sebelumnya sukses di MU junior.
Hasilnya tetap ‘tak berbuah.
Penampilan inkonsistensi menyebabkan MU tetap ‘tak mampu menjuarai Liga.
Namun, di ajang Piala Winners, MU mampu tampil maksimal dan menjadi
juara setelah mengalahkan Barcelona di final dengan skor 2-1. Di Piala
Carling, MU juga berhasil lolos ke final, namun kalah lawan Sheffield
Wednesday 0-1.
Pada 1991-1992, MU mengawali
musim dengan menjuarai Piala Super Eropa setelah mengalahkan juara Piala
Champions, Red Star Belgrade, 1-0. Namun di liga, MU tetap ‘tak mampu
juara meskipun telah diperkuat striker baru, Dion Dublin.
Gelar Piala Carling menjadi
penghibur di akhir musim setelah di final MU mengalahkan Nottingham
Forest yang diperkuat Roy Keane, 1-0.
Awal musim 1992-1993,
penampilan MU tidak meyakinkan. Namun semuanya berubah ketika pada
pertengahan musim di Januari 1993, Fergie mendatangkan Eric Cantona dari
Ledds United, klub juara Liga Inggris musim sebelumnya.
Hasilnya, MU merangkak naik dan
menjuarai Liga Inggris untuk pertama kalinya sejak ditangani Fergie dan
ke-8 kalinya sepanjang sejarah klub.
Duet Cantona-Hughes di lini depan sangat tajam, ditambah performa impresif Giggs dan Kanchelskis di sayap kanan dan kiri. MU memuncaki klasemen dengan selisih 10 poin dari peringkat ke-2, Aston Villa yang diperkuat striker tajam, Dwight Yorke.
Pada 1993-1994, MU mengawali
musim dengan meraih Piala Community Shield. MU juga mendatangkan Roy
Keane dari Nottingham Forest guna menggantikan Bryan Robson yang sudah
semakin menua. Hasilnya, lini tengah MU semakin solid dan MU pun
berhasil meraih double winners: Liga Inggris dan Piala FA
dengan mengalahkan Chelsea di final, 4-0. Cantona tampil menjadi top
skor Liga Inggris dengan 25 gol.
Pada 1994-1995, MU mengawali
musim dengan kembali meraih Piala Community Shield. Permainan MU juga
tetap stabil. Mereka tetap menghuni papan atas, bersaing dengan
Blackburn Rovers yang diperkuat Alan Shearer. Sampai pada sebuah
kejadian memalukan terjadi pada 25 Januari 1995: Cantona menendang
pendukung Crystal Palace, Matthew Simmons. Kejadian yang dikenang media
sebagai ‘Tendangan Kungfu Eric Cantona’. Karena kejadian tersebut,
Cantona dihukum ‘tak bisa bermain selama 9 bulan.
Hilangnya Cantona membuat lini depan MU ompong. Untuk
menambalnya, didatangkanlah Andy Cole dari Newcastle United. Duet
Cole-Hughes cukup padu dan membawa MU membuntuti Blackburn dengan
selisih 2 poin hingga Liga menyisakan satu partai lagi. Sial bagi MU
karena di partai terakhir hanya bermain seri, padahal di partai lain,
Blackburn kalah. Gelar Liga Inggris pun jatuh ke tangan Blackburn.
Kesialan berlanjut di final piala FA dimana MU gagal mempertahankan
gelarnya setelah kalah tipis dari Everton 0-1.
Musim 1995-1996 boleh dibilang
sangat spesial bagi MU. Di musim inilah mulai bersinarnya
bintang-bintang muda MU angkatan 1992: David Beckham, Paul Scholes, Gary
& Philipe Neville, dan Nicky Butt. Mereka disiapkan untuk
menggantikan para pemain MU yang sudah menua, seperti Steve Bruce, Mark
Hughes, Gary Palister, Andrey Kanchelkis, dan lainnya.
Di musim ini juga, tepatnya 1
Oktober 1995, Cantona kembali dari masa hukumannya. Dia memulai debutnya
melawan Liverpool. Riuh pendukung MU menyambutnya di stadion Old
Trafford. Dia pun membawa MU menang 2-0 dan menyumbangkan satu gol
melalui titik penalti.
Di akhir musim, MU kembali meraih double winners: Liga Inggris dan Piala FA dengan mengalahkan Liverpool di final 1-0. Prestasi double winners tersebut merupakan yang kedua kalinya bagi MU setelah sebelumnya di musim 1993-1994. MU pun mendapatkan julukan double-double atas prestasinya tersebut, tim pertama yang dua kali double winners.
Pada 1996-1997, MU mengawali
musim lagi-lagi dengan merebut Piala Community Shield. Di jajaran skuad,
Fergie kedatangan dua pemain muda: Jordy Cruyf dan Ole Gunar Solksjaer.
Musim ini memang menjadi masa transisi para pemain: yang muda menjadi
inti; yang tua pensiun. Hasilnya, MU tetap solid dan kembali berhasil
menjadi kampiun Liga di akhir musim.
Keputusan mengejutkan terjadi di akhir musim: Cantona menyatakan mundur dari sepak bola di usianya yang baru 30 tahun.
Selama bersama MU, Cantona telah bermain 185 kali dengan mencetak 82
gol. Dia juga akan dikenang sebagai legenda MU pemilik nomor punggung 7,
nomor yang kemudian diwariskan kepada David Beckham.
Musim 1997-1998 adalah musim MU tanpa Cantona, pemain yang dianggap fans dan pengamat sebagai The King of Old trafford, sang pemberi gelar Liga bagi MU. Keraguan pun terbesit akan mandetnya prestasi MU tanpa Cantona.
Awalnya, MU menjawab keraguan
tersebut dengan merebut Piala Community Shield. Namun, di akhir musim,
prestasi MU betul-betul mandet. Liga Inggris dan Piala FA diraih Arsenal
yang saat itu sedang on fire dengan duet Denis Berkamp-Nicholas Anelka di lini depan. MU ‘tak meraih apa-apa.
Musim 1998-1999, Fergie
mendatangkan pemain-pemain baru untuk menghalau ancaman Arsenal.
Pemain-pemain baru itu adalah Dwight Yorke, Jaap Stam, Jesper Blomqvist,
dan Teddy Sheringham. Dengan pemain-pemain baru itu, MU berusaha
mematahkan keraguan para pengamat dan fans akan mandetnya prestasi MU.
MU akhirnya betul-betul mematahkan keraguan para pengamat dan fans tersebut. MU mampu meraih prestasi puncak yang melampaui double-double, yaitu treble winners. Di
Liga Inggris, MU berhasil memuncaki klasemen, selisih 1 poin dengan
posisi ke-2, Arsenal. Di partai terakhir, MU mengalahkan Blackburn
Rovers 2-1.
Beberapa hari berikutnya, MU
juga merebut Piala FA dengan mengalahkan Newcastle United di final, 2-0.
Puncaknya, pada final Piala Champions, MU mengalahkan Bayern Muenchen
2-1 secara dramatis. Sempat tertinggal 0-1 lewat gol Mario Basler hingga
menit ke-90, MU membalikkan keadaan dengan mencetak 2 gol di masa injury time melalui gol Teddy Sheringham dan Ole Gunar Solksjaer.
MU pun tercatat sebagai tim pertama di eropa yang mampu meraih treble winners.
Prestasi yang kemudian membuat Kerajaan Inggris memberikan gelar sir kepada Fergie.
Pada 1999-2000, MU mengawali
musim dengan kekalahan dari Lazio 0-1 pada Piala Super Eropa. Di
pertengahan musim, MU sukses menjadi jawara Piala Dunia Antarklub dengan
mengalahkan Palmeiras 1-0 melalui gol tunggal Keane yang sekaligus
menjadi pemain terbaik. Di akhir musim, MU menjadi juara Liga Inggris.
Musim 2000-2001, MU kembali
menjuarai Liga Inggris untuk ketiga kalinya berturut-turut. Ketajaman
duet Cole-Yorke plus Sheringham-Solksjaer ‘tak mampu dibendung
lawan-lawannya, termasuk Arsenal yang diperkuat Thierry Henry. MU bahkan
memecahkan rekor sebagai pengumpul poin tertinggi di akhir musim, yaitu
93 poin.
Awal musim 2001-2002, keadaan
mulai berubah di skuad MU. Banyak pemain yang keluar dan dicadangkan
karena performa menurun atau karena berseteru dengan Fergie, seperti bek
Jaap Stam dan tiga striker: Cole, Yorke, dan Sheringham. Keadaan yang
membuat Fergie mendatangkan striker baru, yaitu Ruud Van Nistelrooy dari
PSV Eindhoven. Musim ini, MU gagal mempertahankan gelar juara Liga
Inggris. Gelar itu menjadi milik Arsenal.
Musim berikutnya, 2002-2003,
amunisi baru hadir di lini belakang MU untuk mengisi kekosongan yang
ditinggalkan Stam: Rio ferdinand, yang didatangkan Fergie dari West Ham
United. Di lini depan, permainan Nisltelrooy pun semakin matang.
Lini belakang dan depan yang
seimbang berhasil menjadi kunci keberhasilan MU kembali menjuarai Liga
Inggris. Namun sayang, MU gagal menjuarai Piala Carling setelah kalah
0-1 dari Liverpool di final.
Di akhir musim, kejadian
mengejutkan terjadi: Beckham keluar dari MU untuk bergabung bersama Real
Madrid. Keadaan yang membuat Fergie berusaha mencari pemain sayap
pengganti.
Musim 2003-2004, Fergie
memperkenalkan pemain sayap barunya, pengganti Beckham: Christiano
Ronaldo. Ronaldo dibeli dari Sporting Lisbon di usia 18 tahun.
Di musim pertama, Ronaldo
langsung mempersembahkan 2 gelar bagi MU: Piala Community Shield di awal
musim dan Piala FA di akhir musim.
Di final Piala FA, MU
mengalahkan Millwall 3-0, Ronaldo menyumbangkan 1 gol. MU gagal di Liga
Inggris, kalah bersaing dari Arsenal.
Musim 2004-2005, MU kedatangan
amunisi baru dari Everton, Wayne Rooney. Rooney didatangkan untuk
menggantikan posisi Nistelrooy yang sering cedera. Namun sayang, di
musim ini, MU paceklik gelar. Gelar Liga Inggris diraih Chelsea yang on fire
dengan Maurinho dan Drogba-nya. Di Piala FA, MU berpeluang juara
setelah lolos ke final, namun sayang kalah dari Arsenal lewat drama adu
pinalti, 5-4.
Musim 2005-2006, duet
Ronaldo-Roney diandalkan Fergie di lini depan plus tambahan gelandang
serang Asal Korea Selatan yang dibeli dari PSV Eindhoven: Park Ji Sung.
Di musim ini juga, fergie mendatangkan kiper Van Der Sar dari Fulham.
Namun sayang, tetap ‘tak mampu melampaui dominasi Chelsea di Liga
Inggris.
Gelar Piala Carling menjadi
satu-satunya penghibur setelah di final MU berhasil menang atas Wigan
Athtletic 4-0, Rooney menyumbangkan 2 gol. Partai final yang juga
menjadi saksi bagaimana berangnya Nistelrooy di sisi lapangan karena
tidak dimainkan Fergie. Keberangan yang berlanjut dengan keputusan
Nistelrooy untuk pindah ke Real Madrid.
Musim 2006-2007, Fergie kembali
mendatangkan amunisi baru di lini belakang untuk mendampingi Ferdinand:
Nemanja Vidic. Vidic didatangkan dari Spartak Moscow.
Di lini tengah, Fergie
mendatangkan Michael Carrick dari Tottenham Hotspurt. Di lini depan,
duet Ronaldo-Rooney juga semakin matang.
Hasilnya, gelar Liga Inggris
kembali diraih menghentikan dominasi Chelsea. Di Piala FA, MU juga lolos
ke final, namun sayang dikalahkan Chelsea 1-0.
Di Liga Champions, MU tampil
apik dengan kemenangan telak 7-1 (1-2) atas AS Roma di perempat final,
namun sayang performa apik MU terhenti di semi final setelah kalah dari
AC Milan 0-3 (3-2).
Pada 2007-2008, MU mengawali
musim dengan mengalahkan Chelsea lewat adu pinalti 3-0 di final
Community Shield. Di jajaran skuad, empat pemain baru didatangkan Fergie
untuk memperkuat lini tengah dan depan: Nani dan Anderson dari Sporting
Lisbon; Owen Hargreaves dari Bayern Muenchen, dan Carlos Teves dari
West Ham United.
Hasilnya, MU meraih double winners:
menjuarai Liga Inggris dan Liga Champions. Di final Liga Champions, MU
mengalahkan Chelsea melalui drama adu pinalti yang dramatis, 6-5. Gelar
Piala Champions tersebut merupakan gelar yang ke-2 bagi Fergie.
Musim 2008-2009, duet
Ronaldo-Rooney-Teves kembali beraksi. Hasilnya, di awal musim MU merebut
Piala Community Shield dengan mengalahkan Porsmouth 3-0, namun sayang
MU gagal di Piala Super Eropa setelah kalah dari Zenit St. Petersburg
1-2.
Di pertengahan musim, MU
berhasil menjuarai Piala Dunia Antarklub setelah mengalahkan klub
Ekuador LDU Liga De Quito 1-0. Gol tunggal dicetak Rooney sekaligus
membuatnya terpilih menjadi pemain terbaik.
Di akhir musim, MU kembali menjuarai Liga Inggris
untuk ketiga kalinya berturut-turut plus Piala Carling dengan
mengalahkan Tottenham Hotspurt di final lewat adu pinalti, 4-1. Di Liga
Champions, MU lolos ke babak final, namun kalah dari Bercelona 0-2.
Di akhir musim 2008-2009 inilah
gelimpangan materi senilai $ 80 juta membuat MU harus merelakan
kepergian bintangnya Ronaldo ke Real Madrid. Turut pergi bersama Ronaldo
adalah Carlos Teves. Carlos Teves pergi karena berseteru dengan Fergie
dan Gary Neville. Teves kemudian menjadi ikon di Manchester City.
Musim 2009-2010, MU mendatangkan
dua pemain baru di sektor striker dan gelandang untuk menutupi lubang
yang ditinggalkan Ronaldo dan Teves. Kedua pemain itu adalah Antonio
Valencia yang didatangkan dari Wigan Athletic dan Dimitar berbatov dari
Tottenham Hotspurt. Namun, gelar Liga Inggris melayang ke tangan Chelsea
yang sedang on fire dengan pelatih barunya, Carlo Ancelotti.
Gelar Piala Carling menjadi satu-satunya penghibur MU musim ini setelah di final mengalahkan Aston Villa 2-1.
Musim 2010-2011, MU
memperkenalkan pemain baru mereka asal Meksiko, Javier ‘Chicharitos’
Hernandez, yang dibeli dari klub Meksiko, Guadalajara. Kedatangan
Chicarito untuk melapis Rooney yang sering cedera dan Berbatov yang
inkonsisten.
Hasilnya, MU berhasil meraih
kembali gelar juara Liga Inggris berkat aksi-aksi gemilang Chicharito.
MU juga berhasil lolos ke babak final Liga Champions, namun lagi-lagi
kalah untuk kedua kalinya dari Bercelona, 1-3.
November 2011 nanti, tepat 25
tahun kebersamaan Manchester United dan Sir Alex Ferguson. Selama itu
pula, Fergie telah mempersembahkan 34 gelar: 12 gelar Liga Inggris, 5
gelar Piala FA, 3 gelar Piala Carling, 8 gelar Piala Community Shield, 2
gelar Piala Champions, 1 gelar Piala Winners, 1 gelar Piala Super
Eropa, dan 2 gelar Piala Dunia Antarklub.
Fergie dan Keluarga
Glory glory Man united,
Glory glory Man united,
Glory glory Man united,
As the reds go marching on on on!
Just like the busby babes in days gone by,
We’ll keep the red flags flying high,
Your gonna see us all from far and wide,
Your gonna hear the masses sing with pride.
United, Man united,
We’re the boys in red and we’re on our way to Wembley!
[Sumber: Dirangkum dari berbagai sumber Manchester United]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar